Akhir ujian semester dan berakhirnya juga akan dirimu

(Catatan dari siswaku yang sedang melawan sakit tumor ganas diperutnya)

Ini hariu Sabtu, minggu kedua di bulan juni ini adalah hari yang sangat berbeda bagi aku, karena ini hari terakhir dari ujian semester yang telah diselenggarakan dari sekolah tempat aku bekerja, memang ujian telah berakhir, namun hidup dari salah satu siswa kami juga telah berakhir meski sebelum ujian itu sendiri berakhir, Diya Ramadhani tidak tahu apakah dia akan naik kelas ke tingkat XI atau banyak mata diklat yang harus dia remedial atau dia masuk rangkin 10 besar atau bagaimana ?
Ya itulah pertanyaan jika dia masih ada di Dunia ini, andai dia masih hidup dan bersekolah lagi mungkin pertanyaan itu bisa dijawab, tapi apa mau dikata, umurnya telah sampai, penyakit yang maha ganas membuat tubuhnya tak sanggup untuk bertahan hidup, sosok anak yang pendiam, anak yang pemalu, anak yang selama ini aku tidak tau bahwa dia selalu bangun subuh untuk membukakan toko beras di pasar banjarbaru, anak yang tidak menuntut macam-macam dalam hidupnya, anak yang memiliki perjuangan luar biasa dalam menjawab soal ujian meski seluruh tubuhnya telah hancur di grogoti oleh tumor dan kanker ganas, anak yang selalu tabah dan tidak merepotkan orangtuanya, anak yang patuh akan perintah kedua orang tuanya, anak yang taat beribadah, anak yang tegar dan masih banyak lagi yang tidak dapat aku sebutkan satu-satu.
Dunia ini rasanya seperti runtuh, ya sosok pejuang itu telah tiada dihadapanku, hanya meninggalkan semangat juang yang sangat tinggi dan luar biasa, semangat akan terus belajar meski jiwa akan meninggalkan raga, aku teringat, 1 minggu yang lalu di saat hari pertama aku mengawas di rumah diya, karena hati aku tak tega melihat kondisi fisiknya yang sangat parah, malam itu selepas solat magrib aku berdoa pada Allah SWT, agar siswa aku tersebut di beri umur panjang, cepat sembuh dan bisa bersekolah lagi, ya hingga tak sadar bahwa air mata aku menetes, kekhusukkan dalam berdoa tak terasa bagi aku, Cuma karena Allah aku meminta.
Banyak harapan jika kelas Diya masih hidup dan sembuh dari penyakitnya itu, aku akan ajak dia masuk dalam organisasi GreenTech sebagai divisi motivator, dimana divisi ini bergerak untuk memberikan semangat juang dalam belajar dan bekerja, namun harapan itu tak bisa terwujud, harapan yang tidak mungkin tergantikan oleh orang lain, suatu harapan yang ingin aku wujudkan tanpa menunggu waktu hingga kapanpun, hingga diya ramadhani sembuh, padahal segala harapan tersebut adalah impian dari kami semua.
Sempat aku teringat akan cerita ibunya yang mengatakan bahwa diya pernah memaksa minta di antarkan untuk solat jumat paska operasi, ya ampun, padahal paska operasi luka bekas operasi tersebut sangat besar, basah dan menyakitkan, yang aku lihat adalah 2 luka operasi yang sangat besar berada di tengah pusat hingga ke bawah ya kira-kira 20 cm lah, dan 1 lagi luka operasi disamping sebelah kanan sepanjang 10 cm, dan itu dioperasi secara bersamaan kalau aku gak salah dengar, ya ampun, 1 luka operasi saja bisa membawa nyawa, apalagi 2 sekaligus.
Semangat akan hidupnya yang belum pernah aku dapatkan dari seseorang, semangat yang hingga kini aku tak habis pikir bisa terdapat pada seorang si diya, sosoknya yang low profile, sangat membuat arti sendiri.

2 komentar:

Copyright © 2012 It's My Life can Make People To Happy With Information Technology